Indonesia akan segera memasuki tahapan akhir pemilu. Pada bulan Februari 2024 mendatang, masyarakat akan menggunakan hak pilihnya untuk menentukan pemimpin periode 2024 – 2029.
Jelang pemilihan tersebut, hoaks atau informasi yang tak benar semakin mengkhawatirkan. Salah satu sumber hoaks adalah teknologi kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI).
Aliansi Jurnalis Independen (AJI), Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI), dan Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo) yang tergabung dalam Koalisi Cek Fakta telah menggelar Diskusi tentang ‘Tren Hoaks Seputar Pendaftaran Calon Presiden (Capres)’.
Menurut Project Manager Socindex, Danu Setio Wihananto, pihaknya telah menemukan delapan isu hoaks selama proses pendaftaran capres-cawapres. Penemuan ini berdasarkan hasil peninjauan di media sosial (medsos) mulai 16 sampai 26 Oktober 2023.
Salah satu isu hoaks yang ditemukan adalah video Presiden Jokowi yang berpidato menggunakan bahasa Mandarin. Menurut Danu, video hoaks ini masih menjadi perbincangan hangat di berbagai platform seperti YouTube, Twitter, dan Tiktok. Sebagian warganet mempertanyakan keaslian video tersebut karena mereka tidak pernah mendengar Jokowi berbicara menggunakan bahasa Mandarin sebelumnya. Namun, video hoaks ini juga menjadi bahan serangan dari pendukung oposisi.
Beberapa hoaks lain yang sudah ditemukan adalah isu Megawati menghempaskan tangan Jokowi, Jokowi meminta jabatan presiden tiga periode, debat capres-cawapres ditiadakan dalam penyelenggaraan Pemilu, video Jokowi berbahasa Mandarin, Prabowo memiliki riwayat penyakit stroke, desain surat suara Pilpres 2024 beredar, Gibran tidak sengaja menayangkan video porno saat presentasi, dan baliho Prabowo berpasangan dengan Jan Ethes.
Hoaks saat ini tidak hanya menyasar kandidat capres, tetapi juga melibatkan cawapres, penyelenggara Pemilu, KPU, dan beberapa tokoh di luar capres seperti Megawati dan Jokowi.
Artikel ini ditulis pada tanggal 27 Oktober 2023.