Sebuah Rakernas Tahunan Jimly: Mengungkap Narasi Mafia Peradilan dan Keuntungan yang Luar Biasa

by -168 Views

Ketua Majelis Kehormatan Mahkamah Konstitusi (MKMK), Jimly Asshiddiqie, mengungkapkan bahwa ada sekelompok mafia peradilan yang sering menggelar Rapat Kerja Nasional (Rakernas). Menurut Jimly, tujuan dari rakernas tersebut adalah untuk melaporkan kekayaan masing-masing setiap tahunnya.

Jimly mengungkapkan hal tersebut saat sidang dugaan pelanggaran etik hakim Mahkamah Konstitusi (MK) terkait putusan batas usia minimal capres-cawapres di Gedung MK, Jakarta pada Jumat, 3 November 2023.

“Kalau mafia peradilan itu, kalau setahun sekali para mafia itu rakernas. Itu cuma segelintir orang tapi lumayan banyak. Mereka rakernas setiap tahun. Lalu, masing-masing melapor siapa yang paling banyak dapat duit,” kata Jimly.

Jimly juga memberikan gambaran bahwa dalam mafia peradilan tersebut terdapat aparat penegak hukum, seperti polisi, panitera, dan jaksa.

“Polisi melaporkan, ini jumlah yang didapat. Jaksa melaporkan, ternyata jumlahnya sama antara polisi dan jaksa. Tapi sebenarnya lebih banyak jaksa karena jaksa terlibat hingga proses eksekusi, tukang peres ini, semua resmi dicatat,” jelas Jimly.

Jimly juga menyebutkan bahwa panitera juga terlibat dalam pusaran mafia peradilan.

“Sampai terakhir, panitera. Panitera itu suka mengaku-ngaku, padahal sebenarnya itu hakimnya. Hakimnya pindah-pindah provinsi ini, pindah ke sana, pindah ke mana. Tapi paniteranya tetap di tempat itu, dia menjadi manajernya,” lanjut Jimly.

Selain itu, para hakim juga turut merasakan uang haram tersebut. Namun, menurut Jimly, jumlah uang yang didapatkan para hakim seringkali lebih sedikit dibandingkan dengan yang lainnya.

“Nah, terakhir baru hakim. Hakim biasanya sudah tinggal tulang-tulang. Tapi, menurut pengacara, saat rapat rakernas itu, hakim hanya tinggal mendapat tulang-tulangnya. Tapi di dalam tulang ada sum-sum,” tambahnya.

Jimly juga menyinggung tentang peran advokat yang memiliki harta kekayaan berlimpah. Menurutnya, advokat juga turut berperan dalam mafia peradilan, mulai dari sebelum perkara hingga eksekusi berlangsung.

“Jadi, pada akhirnya semua mendapatkan bagian. Semua mendapatkan. Tapi yang paling banyak mendapatkan adalah advokat. Mulai dari sebelum kejadian, hingga eksekusi, mereka terus mendapatkan. Maka dari itu, advokat menjadi kaya-kaya. Namun, semoga advokat tetap memiliki idealisme,” tutup Jimly.