Perempuan yang Mengadopsi Sampah: Upaya Mitigasi Dampak Lingkungan di Sekitar Pariwisata Labuan Bajo

by -359 Views

Pariwisata berkelanjutan telah menjadi topik yang penting dalam dua dekade terakhir seiring dengan perkembangan prinsip pembangunan berkelanjutan. Pariwisata adalah faktor ekonomi utama yang berkontribusi terhadap pertumbuhan lapangan kerja di seluruh dunia. Selain itu, pariwisata juga merupakan sektor ekonomi yang berkembang pesat di banyak negara dan memberikan manfaat ekonomi dan sosial yang signifikan. Namun, pertumbuhan pariwisata juga seringkali memiliki dampak negatif terhadap lingkungan seperti kerusakan ekosistem alam, peningkatan emisi karbon, dan peningkatan limbah plastik.

Organisasi Pariwisata Dunia (UNWTO) menyebut pariwisata berkelanjutan atau pariwisata lestari merupakan gagasan di mana praktik-praktik pariwisata harus memperhatikan dengan cermat efek sosial, ekonomi, dan dampak lingkungan baik pada masa sekarang maupun di masa yang akan datang. Aktivitas pariwisata yang dilakukan secara holistik tidak hanya memberikan pengalaman dan memuaskan kebutuhan wisatawan, tetapi juga dapat memberikan manfaat yang sama besar kepada penduduk setempat, baik dalam skala negara maupun dalam skala komunitas yang lebih kecil seperti desa.

Dalam 70 tahun terakhir, jumlah wisatawan internasional telah meningkat lebih dari 50 kali lipat. Namun, kontribusi pariwisata terhadap timbunan sampah juga sama besar dan terus meningkat bersamaan dengan peningkatan dampak lingkungan dan sosial-ekonomi. Nilai rata-rata sampah yang dihasilkan oleh setiap wisatawan saat ini adalah sebesar 1,67 kg (Obersteiner et al, 2017). Oleh karena itu, pencegahan dan daur ulang sampah harus menjadi tujuan utama dalam pengelolaan sampah pariwisata oleh pemerintah.

Labuan Bajo merupakan salah satu destinasi super prioritas yang terpilih dalam rencana pembangunan kepariwisataan nasional 2010-2025. Dari hasil survei, lebih dari 50% wisatawan yang tinggal di Kabupaten Manggarai Barat, terutama di Labuan Bajo, tinggal selama 4-7 hari. Data ini dapat digunakan untuk menghitung jumlah timbunan sampah yang dihasilkan setiap hari di Labuan Bajo. Untuk mengatasi masalah sampah ini, Indonesian Waste Platform (IWP) bekerja sama dengan pemerintah Manggarai Barat dalam menangani masalah sampah yang berasal dari hotel, resor, restoran, kapal wisata, dan tempat berbelanja yang pesat berkembang.

Sejak pandemi Covid-19 pada tahun 2020, IWP secara khusus bekerja sebagai pengelola sampah kepulauan di Kabupaten Manggarai Barat yang terkenal dengan wisata perairannya. Mengingat Indonesia merupakan negara terbesar kedua dalam menyuplai sampah lautan, penanganan sampah kepulauan menjadi sangat penting. Program Circular Economy yang dilakukan oleh IWP adalah salah satu strategi untuk memperkenalkan budaya daur ulang kepada masyarakat, terutama di kepulauan. Dengan menerapkan konsep “sampah jadi uang”, diharapkan masyarakat dapat mengubah pola konsumsi dan mencapai target pengurangan sampah yang ditetapkan oleh pemerintah.

Penanganan sampah selama ini masih didasarkan pada pendekatan akhir, yaitu pemindahan sampah ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA), yang pada akhirnya hanya memindahkan masalah dari satu tempat ke tempat lain. Pendekatan ini akan menyebabkan penumpukan sampah di masa depan dan berdampak buruk pada lingkungan. Oleh karena itu, pendekatan reduce, reuse, dan recycle (3R) merupakan model yang dapat diterapkan dalam mengurangi kuantitas dan kompleksitas sampah. Perubahan pola pikir dan pemahaman masyarakat tentang sampah juga perlu dilakukan. Keterlibatan perempuan dalam pengelolaan sampah sangat penting karena mereka memiliki peran besar dalam keputusan terkait konsumsi plastik dan plastik sekali pakai di rumah tangga mereka. Maka dari itu, masukan mereka harus dipertimbangkan dalam perumusan kebijakan.

Program Circular Economy yang diperkenalkan oleh IWP di pulau-pulau di Manggarai Barat telah memberikan dampak positif dalam mengurangi jumlah sampah yang dibakar dan dibuang ke laut di pulau-pulau terpencil. Hal ini juga membantu meningkatkan kesadaran masyarakat kepulauan akan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan dalam mendukung pariwisata. Penanganan sampah yang hanya mengandalkan pendekatan akhir tidak memberikan solusi, melainkan justru menciptakan masalah baru seperti TPA yang mulai penuh, penyebaran penyakit yang disebabkan oleh timbunan sampah, banjir, dan lain sebagainya.

Perlu ada perubahan dalam penanganan sampah dengan mengadopsi pendekatan reduce, reuse, dan recycle. Ruang partis