Pemilihan Umum (Pemilu) Calon Presiden (Capres) RI tahun 2024 semakin mendekat, dan ketiga pasangan calon, Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, dan Ganjar Pranowo-Mahfud MD, telah mulai muncul dalam sejumlah survei. Baru-baru ini, Jaringan Survei Pemuda Pelajar (JSPP) bersama Ragaplasma Research merilis hasil survei elektabilitas Pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden menjelang Pemilu 2024 mendatang. Hasilnya menunjukkan bahwa pasangan calon Prabowo-Gibran menempati urutan pertama dalam survei tersebut, dengan tingkat elektabilitas mencapai 48 persen. Sedangkan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar mendapat elektabilitas 26 persen dan Ganjar Pranowo-Mahfud Md 15 persen.
Salman Ramadhani, Direktor JSPP, menjelaskan bahwa elektabilitas tinggi Prabowo-Gibran disebabkan oleh tingkat popularitas dan kesukaan yang cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan kandidat lainnya. Selain itu, survei ini juga mencatat tingkat elektabilitas dari masing-masing kandidat yang akan maju di Pilpres 2024. Hasilnya menunjukkan bahwa elektabilitas Prabowo tercatat mencapai 88%, disusul Anies 78%, Ganjar 73%, Gibran 62%, Mahfud MD 49%, dan Muhaimin 44%.
Survei ini juga mencatat tingkat pengetahuan masyarakat tentang Pemilu 2024, yang baru mencapai 64%. Temuan ini menjadi catatan yang perlu diperhatikan, karena masih ada 36% warga Jabar yang belum mengetahui kapan pelaksanaan Pemilu mendatang. Direktur Ragaplasma Research, Romdin Azhar, menekankan pentingnya sosialisasi pelaksanaan Pemilu serentak agar lebih banyak warga yang dapat menyadari informasi tersebut. Dia juga menekankan perlunya edukasi masyarakat agar lebih bijak dalam memeriksa informasi negatif, serta pembentukan Pemilu Saber Hoaks untuk menangkal misinformasi seputar Pemilu.
Melihat hal tersebut, para penggiat/penyelenggara Pemilu dapat lebih intensif melakukan sosialisasi pelaksanaan Pemilu serentak. Media informasi yang dapat digunakan berdasarkan hasil survei yaitu Medsos, TV, Spanduk/Baligo, atau berbagai media lainnya. Selain itu, masyarakat juga perlu diedukasi agar lebih bijak dalam melakukan kroscek informasi negatif. Penyelenggara Pemilu juga dapat membuat Pemilu Saber Hoaks guna menangkal misinformasi seputar Pemilu, serta menegakkan aturan yang tegas terkait kampanye negatif agar Pemilu bisa berjalan secara jujur dan adil.