Prabowo Subianto: Good Neighbor Policy

by -124 Views

Prabowo menunjukkan kekuatan dalam logika geopolitik. Ia memulai paparannya dengan meninjau posisi geografis Indonesia. Menurutnya, Indonesia memiliki posisi geografis yang strategis dan keuntungan sebagai titik lintas rute perdagangan internasional.

Dalam memanfaatkan keuntungan tersebut, Prabowo menganggap penting bagi Indonesia untuk berperan sebagai tetangga yang baik bagi negara-negara di sekitarnya. Ia menyebutkan prinsip “seribu teman tidak cukup, satu musuh terlalu banyak” sebagai panduan strategi kebijakan luar negeri Indonesia dalam menjalin hubungan baik dan meminimalisir konflik dengan negara-negara lain.

Prabowo juga memberikan contoh keberhasilan negara-negara Timur dalam memerangi kemiskinan, seperti kemampuan Tiongkok dalam mengurangi angka kemiskinannya dalam 50 tahun terakhir. Ia menyatakan bahwa Indonesia harus belajar dari keberhasilan negara-negara di luar Barat terkait upaya mereka dalam memberantas kemiskinan, dengan penyesuaian terhadap kondisi Indonesia saat ini. Keberhasilan Indonesia dalam menghapus kemiskinan dianggap sebagai kunci dalam meningkatkan peran Indonesia sebagai pemimpin di kawasan dan di dunia.

Prabowo menegaskan bahwa kebijakan luar negeri Indonesia akan tetap berpegang pada prinsip bebas-aktif, menjadikan Indonesia sebagai negara non-blok dan non-terikat. Ia memastikan bahwa Indonesia akan tetap menjaga hubungan baik dengan negara-negara besar dan mempercayai peran Indonesia sebagai jembatan antara kekuatan-kekuatan tersebut.

Selain itu, Prabowo akan mempromosikan dialog, perdamaian, kompromi, dan kerja sama internasional. Dalam menjalankan kerja sama dengan negara-negara besar, ia menjamin sikap non-terikat Indonesia akan diwujudkan dalam keterbukaan untuk bekerja sama dengan pihak manapun yang sesuai dengan kepentingan nasional Indonesia.

Prabowo juga menyoroti pentingnya kesetaraan dalam hubungan antar-negara di berbagai isu.

Artikel oleh: Broto Wardoyo, Kirana Virajati, Nida Rubini Tim Riset Analisis Kebijakan Luar Negeri dan Diplomasi, Program Pascasarjana Hubungan Internasional, Universitas Indonesia