Budiman Sudjatmiko menyatakan bahwa pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut 2 Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka adalah pilihan rekonsiliasi dan persatuan nasional. Menurutnya, pemilihan terhadap Prabowo dan Gibran adalah pilihan rekonsiliasi dan persatuan nasional untuk kemajuan Indonesia.
Budiman menyatakan bahwa setelah menikmati hembusan reformasi pada tahun 1998, agenda kemajuan Indonesia harus difokuskan pada persatuan orang Indonesia tanpa mengesampingkan hak asasi manusia (HAM), pemerintahan, dan isu korupsi. Menurutnya, isu demokrasi, HAM, pemerintahan, dan korupsi tetap relevan.
Prabowo Subianto, yang pada saat itu menjadi prajurit TNI, hanya menjalankan tugas negara. Sementara para aktivis menjalankan tugas sejarah untuk meruntuhkan rezim otoriter Soeharto. Budiman menyatakan bahwa dirinya dan para aktivis reformasi 98 merasa terpanggil dari tugas sejarah untuk memajukan Indonesia menjadi lebih baik, lebih bebas, dan lebih demokratis.
Menurut Budiman, tugas sejarah dan tugas negara harus bersatu, karena ada ancaman-ancaman dan situasi yang mengharuskan mereka bersatu. Selain persatuan, ia juga menekankan pentingnya komitmen HAM dalam kerangka bangsa agar Indonesia lebih sejahtera. Ia juga menekankan pentingnya kesehatan anak-anak Indonesia dan akses informasi yang tidak terganggu.
Bagi Budiman, pemilihan terhadap Prabowo dan Gibran adalah pilihan rekonsiliasi dan persatuan nasional untuk kemajuan. Mereka memimpikan Indonesia yang lebih baik, demokratis, dan ingin seluruh orang yang baik dapat tampil.