Jumat, 29 Desember 2023 – 08:59 WIB
Sidoarjo – Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan Mahfud Md menyinggung peristiwa bencana tsunami di Aceh pada tahun 2004. Ia mengatakan berbagai bantuan dari negara lain berdatangan untuk membantu para korban tsunami.
Namun, Mahfud menyayangkan saat ratusan pengungsi Rohingya di Aceh diusir oleh mahasiswa pada Rabu, 27 Desember 2023.
“Aceh dulu ketika terserang tsunami, manusia dari berbagai dunia menolong, masa sekarang tidak mau menolong, kan gitu,” kata Mahfud kepada wartawan di Sidoarjo, Jawa Timur, sebagaimana dikutip pada Jumat, 29 Desember 2023.
Mahfud menganggap menampung masyarakat Rohingya merupakan sifat dan urusan kemanusiaan. Dia mengingatkan warga Rohingya mesti ditampung sementara, karena mereka diusir dari negaranya dan belum bisa kembali dengan segera.
Di sisi lain, Mahfud menegaskan bahwa Indonesia tak terikat dengan aturan PBB dalam masalah pengungsian. Namun, ia merasa perlu untuk menampung pengungsi Rohingya dalam misi kemanusiaan.
Untuk pengembalian masyarakat Rohingya ke negara asalnya, kata dia, akan melalui PBB. “Kita sendiri kalau mau ngusir sekarang, enggak bisa karena kita ndak ada urusan,” ujarnya.
Mahfud mengaku telah berkoordinasi dengan pemerintah lokal untuk memindahkan pengungsi Rohingya yang diusir mahasiswa ke dua tempat. Tempat penampungan bagi pengungsi Rohingya itu adalah gedung Palang Merah Indonesia (PMI) dan gedung Yayasan Aceh.
Massa mahasiswa, Rabu, berdemonstrasi menolak Rohingya dan meminta pemerintah mengusir imigran ilegal itu dari tempat penampungan sementara di basement gedung Balee Meuseuraya Aceh (BMA) di Banda Aceh dan memindahkan mereka ke kantor Kemenkumham Aceh.
Awalnya massa berorasi di luar basement untuk mengusir Rohingya. Kemudian mereka masuk ke dalam basement dan menyuarakan hal yang sama. Bahkan jarak mereka dari tempat pengungsi Rohingya sekitar 40 meter.
Namun saat kordinator lapangan mahasiswa bernegosiasi dengan petugas, massa yang berada di belakang langsung berlari menuju ke arah tempat etnis Rohingya. Bahkan mahasiswa menarik paksa dan melakukan tindakan kekerasan lainnya seperti melempar dengan botol air mineral ke arah wanita dan anak-anak.
Etnis Rohingya yang dikepung mahasiswa hanya diam dan menangis ketakutan bahkan mereka terlihat meminta ampun. Petugas dari Kepolisian dan Satpol PP tak mampu membendung massa yang jumlahnya sekitar 500-an orang.
Sekira setengah jam berada di dalam basement, massa mahasiswa berhasil mengeluarkan sejumlah warga Rohingya dari dalam basement menuju mobil truk yang disediakan.
Lalu pengungsi Rohingya yang terdiri dari anak-anak, pria, dan wanita itu diantar ke kantor Kemenkumham Aceh yang jaraknya dari BMA hanya satu kilometer.