Pertandingan Chelsea melawan Esperance de Tunis pada Selasa, 24 Juni 2025, menjadi sorotan utama dalam perjalanan The Blues di Grup D FIFA Club World Cup 2025. Laga krusial ini, yang digelar di Lincoln Financial Field, Philadelphia, pada pukul 21:00 waktu setempat, memiliki signifikansi besar bagi Chelsea. Setelah menelan kekalahan 3-1 yang mengecewakan dari Flamengo di matchday sebelumnya, Chelsea hanya membutuhkan hasil imbang untuk memastikan tiket ke babak 16 besar turnamen yang baru diperluas ini.
Kemenangan telak 3-0 atas Esperance tidak hanya mengamankan posisi Chelsea di fase gugur, tetapi juga mengembalikan kepercayaan diri tim setelah hasil kurang memuaskan sebelumnya. Hasil ini menunjukkan kemampuan Chelsea untuk bangkit dan tampil dominan di panggung internasional, sebuah kualitas yang sangat dibutuhkan dalam kompetisi sekelas Piala Dunia Antarklub.
Babak pertama pertandingan cenderung berjalan lambat dan tanpa banyak insiden berarti, mencerminkan kehati-hatian kedua tim. Esperance memilih untuk bertahan rapat dan mengandalkan serangan balik, sebuah strategi yang membuat Chelsea kesulitan di awal laga. Meskipun Chelsea mendominasi penguasaan bola, mereka kesulitan menembus pertahanan rapat lawan yang disiplin, yang menjadi tantangan umum bagi tim-tim yang menghadapi blok rendah.
Namun, kebuntuan pecah secara dramatis di injury time babak pertama, dengan dua gol cepat yang mengubah dinamika pertandingan secara signifikan. Gol pembuka tercipta pada menit ke-45+3, ketika Tosin Adarabioyo berhasil menyundul bola dengan cerdik dari tendangan bebas yang akurat oleh Enzo Fernandez, membuka keunggulan Chelsea. Gol ini menunjukkan efektivitas Chelsea dalam memanfaatkan situasi bola mati, sebuah aspek penting dalam sepak bola modern. Hanya dua menit berselang, pada menit ke-45+5, Liam Delap mencetak gol perdananya untuk Chelsea. Ia menerima umpan dari Enzo Fernandez, dengan tenang melewati bek lawan Yassine Meriah, dan melepaskan tembakan ke gawang kosong yang dijaga Bechir Ben Said. Gol ini tidak hanya menjadi penanda debut yang mengesankan bagi Delap, tetapi juga menunjukkan kualitas individu, ketenangan, dan insting gol yang menjanjikan.
Chelsea sepenuhnya mengendalikan permainan di babak kedua, mendominasi penguasaan bola hingga lebih dari 80% dan membatasi peluang Esperance secara signifikan. Meskipun tidak terlalu menekan untuk gol tambahan, The Blues menunjukkan kontrol dan ketenangan, mengalirkan bola dengan baik tanpa perlu mengeluarkan seluruh kemampuan mereka. Ini adalah tanda kedewasaan taktis tim yang mampu mengelola keunggulan dengan efisien.
Di babak kedua, sempat terjadi insiden VAR yang membatalkan penalti untuk Chelsea setelah tinjauan ulang, namun hal itu tidak mempengaruhi hasil akhir pertandingan. Tyrique George, pemain muda yang masuk sebagai pengganti, mencetak gol ketiga Chelsea di menit-menit akhir pertandingan, tepatnya pada menit ke-90+5, dengan tembakan keras dari luar kotak penalti yang sedikit terlepas dari tangkapan kiper lawan.
Pola gol Chelsea yang semuanya tercipta di stoppage time di babak pertama (45+3′, 45+5′) dan satu di babak kedua (90+5′) adalah hal yang sangat mencolok dan patut dicermati. Pelatih Esperance, Maher Kanzari, secara langsung mengakui bahwa timnya “kehilangan fokus selama waktu tambahan babak pertama”. Peristiwa ini bukan kebetulan semata, melainkan cerminan dari perbedaan konsentrasi dan mentalitas antara kedua tim. Chelsea menunjukkan kemampuan untuk tetap fokus, sabar, dan klinis hingga peluit akhir babak, sementara Esperance kehilangan ketajaman mental di momen-momen krusial yang seharusnya mereka pertahankan. Kemampuan Chelsea untuk mencetak gol di waktu-waktu kritis ini menandakan bukan hanya kualitas teknis individu, tetapi juga ketahanan mental yang kuat dan disiplin taktis untuk mengeksploitasi kelemahan lawan, bahkan di menit-menit akhir. Ini adalah atribut penting bagi tim yang ingin melaju jauh di turnamen sistem gugur, di mana setiap momen kelengahan bisa berakibat fatal. Hal ini juga dapat diinterpretasikan sebagai hasil dari latihan Maresca yang menekankan konsentrasi penuh selama 90 menit penuh, termasuk waktu tambahan.
Meskipun Esperance mencoba bertahan rapat dan melakukan counter-attack, mereka gagal memberikan ancaman nyata karena kurangnya kualitas di sepertiga akhir lapangan. Kehilangan fokus di waktu tambahan babak pertama terbukti fatal, memungkinkan Chelsea mencetak dua gol cepat yang mematikan semangat mereka. Pelatih Esperance, Maher Kanzari, mengakui bahwa timnya “kehilangan fokus selama waktu tambahan babak pertama” dan bahwa “babak pertama yang menentukan pertandingan”. Ini adalah pengakuan atas kurangnya disiplin mental dari timnya yang berakibat fatal.