Tantangan dan Harapan Sektor ESDM Era Pemerintahan Prabowo-Gibran

by -203 Views

Proses Pemilihan Umum (Pemilu) oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) telah secara resmi mengumumkan bahwa pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut 02, Prabowo Subianto Djojohadikusumo dan Gibran Rakabuming Raka, telah terpilih sebagai Presiden dan Wakil Presiden hasil Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden tahun 2024. Keputusan tersebut diambil setelah Mahkamah Konstitusi (MK) menolak gugatan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum (PHPU) yang diajukan oleh pasangan calon nomor urut 01 dan 03, yaitu Anies Rasyid Baswedan-Abdul Muhaimin Iskandar dan Ganjar Pranowo-Mohammad Mahfud Mahmodin. Keputusan ini didasarkan pada Keputusan KPU Nomor 504 Tahun 2024 tentang Penetapan Pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden Terpilih dalam Pemilu 2024.

Pasangan Prabowo-Gibran meraih 96.214.691 suara atau 58,59% dari total suara sah dalam pemilu tersebut. Pengucapan sumpah/janji presiden direncanakan akan dilaksanakan pada Minggu 20 Oktober 2024 di hadapan pimpinan MPR periode 2024-2029. Seiring dengan proses pemilihan ini, dinamika politik dalam negeri semakin memanas, terutama terkait dengan susunan kabinet di pemerintahan Prabowo-Gibran.

Dalam konteks ini, sektor energi dan sumber daya mineral (ESDM) menjadi fokus penting mengingat kondisi transisi energi saat ini. Kementerian ESDM memiliki tanggung jawab untuk mengelola urusan pemerintahan di bidang ESDM demi mendukung pemerintahan Presiden dalam menjalankan tugas negara. Prabowo-Gibran telah menetapkan target pertumbuhan ekonomi sebesar 8% dalam 2-3 tahun pertama pemerintahannya.

Dalam bidang minyak bumi, Indonesia menghadapi tantangan berupa penurunan produksi minyak dan investasi yang belum optimal. Seiring dengan perluasan eksplorasi dan peningkatan produksi minyak, diperlukan upaya untuk menciptakan iklim investasi yang lebih kompetitif. Peningkatan investasi hulu migas menjadi kunci dalam mencapai tujuan swasembada energi.

Selain itu, pengembangan energi baru dan energi terbarukan (EBET) juga menjadi fokus penting dalam upaya mencapai net zero emissions pada tahun 2060. Pemerintah telah menargetkan peningkatan penggunaan EBET dalam sektor ketenagalistrikan, namun masih terdapat potensi yang besar yang perlu dioptimalkan. Salah satu langkah penting adalah pengurangan penggunaan batu bara dalam pembangkit listrik, dengan memprioritaskan pengembangan alternatif seperti pelet kayu.

Dengan komitmen dan kerja keras, diharapkan pemerintahan Prabowo-Gibran mampu mengatasi tantangan di sektor energi dan mendorong pembangunan berkelanjutan untuk masa depan Indonesia.

Source link