VICE ADMIRAL TNI POSTHUMOUS YOSAPHAT SUDARSO (YOS SUDARSO)

by -104 Views

Oleh: Prabowo Subianto [diambil dari Buku: Catatan Kepemimpinan Militer dari Bab Pengalaman Kepemimpinan Militer Indonesia]

Yos Sudarso bermimpi menjadi seorang prajurit sejak kecil, meskipun orangtuanya lebih menyukai jika dia menjadi seorang guru. Yos Sudarso mewujudkan mimpi tersebut setelah pemerintah Jepang membutuhkan personil militer tambahan untuk menghadapi Perang Asia Timur Raya.

Ia kemudian masuk Akademi Angkatan Laut di Semarang dan mengikuti pendidikan militer laut dengan Angkatan Laut Jepang, dari situ ia lulus sebagai salah satu siswa terbaik. Ia kemudian bertugas di salah satu kapal militer Jepang.

Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, ia bergabung dengan BKR Laut (Badan Keamanan Rakyat Laut), yang kemudian menjadi bagian dari Angkatan Laut Indonesia.

Dalam karirnya, Yos Sudarso bertugas dalam berbagai operasi militer untuk memberantas pemberontakan yang terjadi di wilayah Republik Indonesia. Ia memimpin beberapa Kapal Republik Indonesia (KRI) seperti KRI Rajawali, KRI Alu, KRI Gajah Mada, KRI Pattimura, dan KRI Macan Tutul. Pada tahun 1958, ia juga bertugas sebagai hakim di sebuah pengadilan militer selama empat bulan.

Pada akhir tahun 1961, Presiden Sukarno memerintahkan TRIKORA, yang melibatkan operasi di Laut Aru dekat Maluku untuk mendukung misi pembebasan Papua Barat dari Belanda. Saat itu, Yos Sudarso menjabat sebagai Wakil Kepala Operasi Angkatan Laut (KSAL). Ada tiga KRI yang terlibat dalam operasi diam-diam di perairan Maluku, yaitu KRI Macan Tutul, KRI Macan Kumbang, dan KRI Harimau. Yos Sudarso memimpin KRI Macan Tutul.

Tiga kapal perang besar dengan persenjataan lengkap milik armada perang Belanda merasakan gerakan Yos Sudarso dan tiga unit KRI yang beroperasi di Laut Aru. Yos Sudarso memerintahkan ketiga KRI untuk mundur sementara waktu, namun Belanda mengira itu adalah manuver untuk menyerang dan kemudian membuka tembakan.

Mesin KRI Macan Tutul yang dipimpin oleh Yos Sudarso tiba-tiba rusak di tengah upaya penyelamatan. Dengan pemikiran cepatnya, Yos Sudarso menyadari bahwa ia tidak bisa menyelamatkan kapalnya, namun ia bisa menyelamatkan dua kapal lainnya. KRI Macan Tutul yang ia pimpin kemudian menempatkan dirinya di antara kapal perang Belanda sebagai perisai sehingga dua KRI lainnya bisa menyelamatkan diri. Tembakan kedua dari kapal Belanda mengenai KRI Macan Tutul, menimbulkan kebakaran, dan tenggelam perlahan.

Yos Sudarso meninggal bersama 24 orang lainnya dalam misi dengan KRI Macan Tutul dalam pertempuran di Laut Aru. Ia menyempurnakan hidupnya dalam tugas demi kepentingan negara pada usia muda 36 tahun.

Source link