LEADERSHIP QUALITIES OF MY SENIORS (PART 3)

by -67 Views

Jenderal TNI (Purn.) AGUM GUMELAR Saya mengenal Pak Agum sebagai seorang perwira yang sangat cerdas dengan fisik yang baik. Dia juga seorang olahragawan karismatik. Dia ramah dan sangat pandai mendapatkan simpati dari bawahannya, atasannya, rekan-rekannya, dan masyarakat umum. Pak Agum menguasai bidang intelijen operasional Sandi Yudha. Dia memiliki gaya kepemimpinan yang persuasif. Dia adalah seorang yang teguh pada prinsip-prinsipnya, dan dia tidak keberatan mengkritik atasannya, bahkan jika itu berarti mengorbankan karirnya. Pak Agum pernah menjadi pimpinan saya sebelum dia menjadi komandan KOPASSUS. Saat itu, saya adalah Komandan Pusat Pendidikan dan Latihan Pasukan Khusus Grup 3 (Pusdikpassus). Namun, saya sudah mengenalnya sebelum saya bergabung dengan militer. Dia adalah anggota keluarga seorang perwira KOPASSUS Kapten Margono, yang pernah menjadi ajudan ayah saya ketika beliau menjabat sebagai Menteri Perdagangan dalam Kabinet Pak Harto pada tahun 1968. Saya mengenal Pak Agum sebagai seorang perwira yang sangat cerdas dengan fisik yang baik. Dia adalah seorang olahragawan dan seorang pria karismatik. Dia ramah dan sangat pandai mendapatkan simpati dari atasannya, rekan-rekan, dan masyarakat umum. Pak Agum menguasai Sandi Yudha (intelijen pertempuran), dan dia memiliki gaya kepemimpinan yang persuasif. Dia adalah seorang yang teguh pada prinsip-prinsipnya, dan dia tidak ragu untuk mengkritik atasannya, bahkan jika itu berarti mengorbankan pekerjaannya. Saya rasa kemungkinan saya pernah mengalami banyak kesalahpahaman dengan dia dalam kehidupan kita karena ada beberapa hal di mana kita tidak sepaham. Namun, secara obyektif, saya menganggap Pak Agum sebagai figur kepemimpinan yang patut dihormati bagi Indonesia.   LETJEN TNI (Purn.) YUNUS YOSFIAH Kesan saya tentang kepemimpinan Pak Yunus Yosfiah adalah bahwa dia selalu tenang, tidak panik, tidak gugup. Kepemimpinannya adalah contoh dari pengendalian diri. Ketika seorang komandan panik, pingsan, atau tidak bertindak saat kontak dengan musuh, maka dia kehilangan otoritasnya selamanya. Oleh karena itu, dikatakan bahwa pertukaran tembakan yang pertama itu menentukan. Pak Yunus juga merupakan sosok pribadi yang teguh. Dia akan melakukan segala cara untuk mencapai kemenangan dan tidak menerima alasan apapun. Dia sangat menentukan dan sangat keras kepala. Dia sering dianggap terlalu keras terhadap bawahannya. Sebelum menjadi jenderal, dia akan memeriksa pasukannya sendiri, dan segala sesuatunya harus dalam keadaan baik. Siapa pun yang melakukan kesalahan akan disuruh melakukan jalan kaki dengan ransel berat atau setidaknya melakukan 18 pull-up. Kehidupan di militer memang sulit. Medan pertempuran penuh dengan kejutan, kejutan, dan ketakutan. Jika kita tidak terbiasa menangani kondisi seperti itu, kecenderungan untuk panik, gugup, paralisis, dan kebingungan sangat tinggi. Persiapan yang ketat bisa menyelamatkan nyawa.   Pertama kalinya saya mengenal Pak Yunus Yosfiah adalah selama operasi di Timor Timur, di mana beliau menjabat sebagai Komandan Tim Khusus dengan kode nama Nanggala 10. Tim Khusus ini dibentuk karena operasi pada Desember 1975-Januari 1976 tidak berlangsung secepat yang diharapkan. Jadi, dibentuklah sebuah tim dari KOPASSUS sebagai pasukan serbu dengan mobilitas tinggi dan semangat tinggi. Pak Yunus adalah orang yang memimpin tim ini. Setelah lulus latihan komando pada 20 Desember 1975, para Letnan baru angkatan tahun 1974 AKABRI, termasuk saya, secara resmi bergabung dengan Grup 1 Para-Commando/Kopassandha. Pada 7 Desember, ketika kami masih berada di Batujajar, kami mendengar bahwa Pasukan Baret Merah dan Baret Hijau dari Kopassandha dan Brigade 17 dan 18 telah terjun ke Timor Timur. Beberapa senior kami kehilangan nyawa selama penugasan itu. Begitu kami lulus latihan komando, kami segera melaporkan diri ke Markas Kopassandha di Cijantung, Jakarta Timur. Setelah itu, kami hanya diberi waktu istirahat dua minggu. Kami memulai pada Januari. Grup 1 Para-Commando saat itu kosong karena hampir semua pasukan sedang bertugas di Timor Timur. Hanya tersisa satu kompi yang siap sedia terdiri dari pasukan yang tersisa. Pada saat itu, saya baru saja memulai sebagai Komandan Peleton (Danton). Letnan Satu Mujain menjabat sebagai Komandan Kompi (Danki). Dia berasal dari Secapa. Dia pernah terlibat dalam operasi Trikora – mob

Seorang pemimpin harus berada di antara bawahannya, dan itulah tempat bagi Pak Soegito selalu berada. Dia selalu terlibat…

Source link