Kami Tidak Peduli dengan Knalpot Brong

by -119 Views

Jakarta – TNI Angkatan Darat menanggapi keterlibatan anggotanya dalam menangani masalah knalpot brong yang digunakan oleh masyarakat. Kepala Dinas Penerangan Angkatan Darat (Kadispenad), Brigjen TNI Kristomei Sianturi mengatakan, pihaknya tidak mencari-cari untuk mengurus masalah knalpot brong.

“Kalau ada yang mengatakan ngapain ini TNI kok ngurusin knalpot brong? Kami tidak cawe-cawe, tidak cari-cari untuk mengurusi knalpot brong,” kata dia, Rabu 10 Januari 2024.

Dirinya menyebut, pihaknya melakukan tindakan itu karena peristiwa tersebut terjadi di depan markas mereka. Dalam dua kasus yang ada, kejadiannya terjadi di depan kantor TNI AD. Pertama di Markas Kompi B Yonif Raider 408/Sbh, Boyolali, Jawa Tengah. Lalu yang kedua di Kodam XIII/Merdeka, Sulawesi Utara.

“Kebetulan, kejadiannya di depan rumah saya, di depan kantor saya. Coba kejadian di depan kantor (anda), kan pasti keluar melihat apa si yang terjadi. Nah itu kira-kira. Kalau kita bilang ini bukan tugas TNI, nyari-nyari, ya kita malah melanggar bukan tupoksi kita. Tapi kalau kejadiannya depan kantor saya kok, masa saya enggak sewot,” katanya lagi.

Sebelumnya diberitakan, beberapa waktu lalu dunia politik Tanah Air sempat dihebohkan dengan pengakuan bahwa ada relawan salah satu capres yang mengaku jadi korban penganiayaan anggota TNI AD. Kini, Kepala Staf TNI Angkatan Darat Jenderal TNI Maruli Simanjuntak pun buka suara.

Maruli mengatakan bahwa hal tersebut adalah bentuk aksi dan reaksi. Maruli membantah bahwa penganiayaan tersebut telah direncanakan, melainkan terjadi secara spontan karena korban sudah mengganggu ketenangan para prajurit TNI di Markas Raider.

“Ada aksi, ada reaksi ya, jadi kan disebutkan mengarahnya kayaknya ada rencana pencegatan, masukin ke dalam asrama, ini kan cara berpikirnya, mana sempat-sempat orang ngeliat dengar suara bising tiba-tiba lari dicegat,” kata Maruli dalam program Rosi Kompas TV.

Maruli Simanjuntak mengatakan bahwa sebelum penganiayaan terjadi, kesembilan motor relawan Ganjar Pranowo dan Mahfud MD itu sudah 8 kali melintas di depan Markas Kompi B Yonif Raider 408/Sbh dengan memakai knalpot motor bersuara bising.

“Coba analisa kejadian itu jangan hanya berdasarkan video pendek saja yang durasinya beberapa detik itu, lalu langsung mengambil kesimpulan. Itu terjadinya jam 11.19 WIB,” kata Maruli Simanjuntak di depan Rosiana Silalahi.

“Mereka sudah berputar-putar sejak pukul 09.00 WIB. Kalau kita lihat di video itu, mereka sudah pulang pergi delapan kali di depan batalyon. Mereka sudah berulang kali diingatkan. Sekian persen dari mereka itu mabuk,” lanjut jenderal TNI bintang empat tersebut.

Untuk diketahui, viral sebuah video anggota TNI yang terlibat bentrok dengan rombongan pengantar jenazah di Manado, Sulawesi Utara (Sulut). Dalam bentrokan itu, membuat sejumlah warga yang mengantar jenazah jadi bulan-bulanan oleh oknum anggota TNI.

Kadispenad TNI AD Brigjen TNI Kristomei Sianturi angkat bicara terkait pemicu utama bentrokan kasus tersebut. Dia menerangkan bahwa pemicu bentrokan ini disebabkan pengantar jenazah menggeber motornya dengan knalpot brong, sehingga membuat suara bising dan terjadilah cekcok dengan warga setempat.

“Pemicu awal bentrokan ini karena rombongan iring-iringan jenazah tersebut melakukan kebisingan dengan menggeber-geber gas sepeda motor knalpot brong sehingga warga setempat yang melihat kejadian itu merasa terganggu,” kata Kristomei dalam keterangannya, Jumat malam 5 Januari 2024 malam.

Kristomei menyebut, bahwa pihak TNI saat itu sempat melerai cekcok antar warga setempat dengan pengantar jenazah. Hanya saja, pengantar jenazah masih tetap menggeber motor sehingga spontan anggota TNI dan pengantar jenazah baku hantam.

“Mendengar suara bising, spontan anggota turun ke jalan melerai dan menghadang rombongan sehingga terlibat bentrok,” katanya

Kristomei mengungkap bahwa pihaknya dari Babinsa dan Bhabinkamtibmas telah mengawal rombongan pengiring jenazah itu. Mereka pun telah memperingatkan agar tidak konvoi saat mengantar jenazah tersebut. Namun, para pengantar jenazah justru konvoi dan arogan di jalan. Ternyata mereka dalam pengaruh minuman keras beralkohol.

“Saat rombongan pelayat melewati Pintu 2 Makodam, Babinsa kembali mengingatkan kepada rombongan pengantar jenazah bahwa jangan membuat kegaduhan, namun tidak terima karena sebagian besar pengiring dalam pengaruh minuman keras,” ujar Kristomei.

Akhirnya bentrok rombongan pengiring jenazah dan warga sekitar tidak terhindarkan. Anggota TNI Kodam XIII/Merdeka yang berada di lokasi juga keluar mencoba melerai keributan tersebut. Niat baik dari petugas untuk melerai tidak mendapatkan respons positif dari rombongan pengiring jenazah. Akhirnya keributan pun semakin menjadi.