Jakarta – Nurhasan, seorang satpam di markas DPP PDI Perjuangan (PDIP), mengaku mendapat kunjungan dari dua orang yang tidak dikenal. Mereka meminta Nurhasan untuk menghubungi Harun Masiku. Nurhasan memberikan kesaksiannya dalam persidangan kasus dugaan suap dan perintangan penyidikan Pergantian Antar Waktu (PAW) DPR 2019-2024 yang melibatkan Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto. Dia menceritakan bahwa tugasnya adalah berada di Rumah Aspirasi di Jalan Sutan Syahrir Nomor 12A, Menteng, Jakarta Pusat.
Saat menjalankan tugasnya, Nurhasan mendapat kejutan ketika dua orang tak dikenal datang dan mengetuk pintu gerbang. Mereka kemudian masuk ke dalam rumah dan menunggu di pos satpam. Salah satu dari mereka meminta Nurhasan untuk mengambil ponsel, sementara yang lain mengajaknya berbincang. Nurhasan merasa ditekan agar mengikuti semua perintah yang disampaikan oleh salah satu dari mereka.
Ketika diminta untuk menghubungi seseorang yang tidak diketahui identitasnya, Nurhasan merasa tertekan namun akhirnya setuju. Mereka menyepakati untuk bertemu di masjid Cut Mutia. Nurhasan mengendarai motornya menuju lokasi tersebut, sementara dua orang tak dikenal mengawasinya dari kejauhan. Akhirnya, pertemuan itu terjadi dan orang yang ditelepon oleh Nurhasan ternyata adalah Harun Masiku, seorang politikus PDIP.
Dalam pertemuan itu, Harun Masiku memberikan tas laptop kepada Nurhasan, namun Nurhasan tidak bisa melihat isinya karena langsung menyerahkannya kepada dua orang tak dikenal yang terus mengawasi pertemuan tersebut. Dalam persidangan, terungkap bahwa Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto didakwa memberikan uang sejumlah 57.350 dolar Singapura kepada komisioner KPU RI Wahyu Setiawan dengan tujuan agar KPU menyetujui permohonan PAW Calon Legislatif Terpilih Daerah Pemilihan Sumatera Selatan I kepada Harun Masiku.