Pemerintah Indonesia sedang mempertimbangkan untuk menggunakan Bandara Thaif sebagai alternatif pintu masuk dan pangkalannya bagi penerbangan jamaah haji Indonesia. Langkah ini bertujuan untuk mengurangi kepadatan di Bandara King Abdul Aziz di Jeddah dan mempercepat proses kepulangan jamaah haji ke Tanah Air. Muhadjir Effendi, Penasihat Khusus Presiden Bidang Haji, menyatakan bahwa inisiatif ini telah mendapat tanggapan positif dari pengelola Bandara Thaif. Bandara tersebut dianggap sangat layak dari segi teknis untuk mendukung operasional haji.
Menurut Muhadjir, jarak Bandara Thaif ke Makkah hanya sekitar 70 km, bahkan lebih dekat daripada Bandara Jeddah. Bandara Thaif memiliki dua landasan pacu yang mampu melayani pesawat berbadan lebar seperti Boeing dan Airbus, serta beroperasi selama 24 jam. Saat ini, bandara tersebut sudah melayani penerbangan dari 11 maskapai internasional dan domestik.
Meskipun demikian, Muhadjir mengakui bahwa masih perlu dilakukan beberapa penyesuaian, terutama terkait kapasitas terminal internasional yang saat ini hanya dapat menampung sekitar 500 penumpang. Pengelola bandara menyatakan siap untuk memenuhi permintaan, termasuk memperbesar terminal jika diperlukan. Usulan pemanfaatan Bandara Thaif akan segera dilaporkan kepada Presiden Peabo Subianto untuk keputusan akhir. Perluasan slot penerbangan di Bandara Thaif hingga 10 slot per hari diharapkan dapat membantu mempersingkat masa tinggal jamaah di Arab Saudi, juga berdampak positif pada efisiensi biaya.